Sabtu, 04 Juni 2011

Batik, Budaya Jawa Kelas Dunia

Indonesia telah lama dikenal memiliki hasil budaya yang sangat indah dan diakui dunia. Salah satu unsur budaya Indonesia yang diakui keindahannya adalah kain adat. Hampir semua wilayah di Indonesia memiliki kain adat yang masing-masing memancarkan keunikan tersendiri. Kain adat asli indonesia umumnya berupa kain tenun dan batik.
Sejak beberapa dekade lalu, batik telah menjadi trade mark kebudayaan Indonesia. Batik secara historis dikenal bangsa Indonesia sejak abad XVII dan didokumentasikan di daun lontar. Saat itu, motif-motif yang umum ditemukan berupa bentuk hewan dan tumbuhan. Lambat laun, motif-motif baru serta variasi motif terdahulu menambah kekayaan batik Nusantara.
Walaupun kain lukis asli Indonesia ini bermacam-macam asal dan motifnya, ada benarnya jika hingga sekarang batik Jawa-lah yang paling dikenal dunia. Dan berbicara mengenai batik Jawa, tentu tidak bisa melepaskan diri dari Jawa Tengah. Bersanding dengan wayang kulit dan wayang orang, batik Jawa telah menjadi ikon budaya Jawa Tengah.
Jawa Tengah telah lama menjadi barometer perkembangan batik Indonesia. Hampir tiap wilayah sub-budaya di provinsi ini mengembangkan berbagai motif tersendiri yang akhirnya dianggap sebagai batik khas daerah itu. Corak dan variasi batik Jawa sendiri berjumlah ratusan. Tiap variasi tersebut memiliki makna dan filosofi tersendiri.
Jawa Tengah paling tidak memiliki 2 daerah yang menjadi sentra batik tingkat regional maupun nasional, yaitu Pekalongan dan Surakarta (Solo). Tidak hanya memproduksi batik dalam jumlah besar, seniman di tiga daerah ini aktif memajukan batik dengan cara menciptakan motif-motif baru. Ketiga daerah ini juga memelopori produksi batik dengan harga terjangkau tanpa mengorbankan keindahannya.
Pekalongan, sebuah kota di pesisir utara Jawa Tengah, telah lama menobatkan diri sebagai kota batik. Kota ini mejadi salah satu penyumbang kemajuan dan keberlangsungan industri batik di Indonesia. Pekalongan tersohor dengan batik capnya yang indah namun jauh lebih murah daripada batik tulis. Karena metode cap inilah, Pekalongan bisa menghasilkan kain batik dalam jumlah yang banyak.
Surakarta menjadi sentra batik yang tidak bisa dianggap sebagai nomor 2 di Jawa Tengah. Menurut sebuah penelitian yang tidak resmi tahun 2003 lalu, Batik Surakarta sendiri memiliki lebih dari 6000 detail motif khas. Batik Surakarta berkembang dari lingkungan keraton dan pada mulanya dikembangkan oleh kalangan keraton. Seiiring dengan perkembangan batik, Pasar Klewer Solo dibangun menjadi 2 tingkat dan dijadikan pusat perdagangan batik di daerah itu.
Saat ini, batik telah diklaim hak ciptanya oleh negara Malaysia. Hal ini tentu membuat berbagai kalangan yang peduli terhadap perkembangan batik menjadi geram. Namun dilain pihak, hal ini jugalah yang mungkin menjadi faktor utama trend mengenakan batik di kalangan anak muda Indonesia akhir-akhir ini semakin berkembang. Batik yang digemari umumnya berupa pakaian, tas, dan berbagai pernak-pernik aksesori.
Untuk semakin membumikan batik di tanah dan manusia Indonesia, Pemerintah Kota Solo yang didukung sepenuhnya oleh pemerintah pusat menyelenggarakan Solo Batik Carnival 2008 pada 13 April lalu. Karnaval yang di hadiri pula oleh Menteri Perdagangan, Maria Elka Pangestu ini berfungsi sebagai ajang promosi dan pembuktian keaslian batik Jawa gaya Surakarta. Pameran ini merupakan rangkaian kegiatan untuk mempromosikan kain Nusantara.
Menurut Maria Elka Pangestu, Industri Kreatif semacam industri batik memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto Indonesia rata-rata Rp104,638 triliun per tahun pada 2002-2006. Pada 2007, Ekspor batik Jawa Tengah mencapai 36,46 persen dari total ekspor batik Indonesia sebesar USD 29,3 juta. Sektor ini juga menyerap 5,4 juta pekerja per tahun dengan produktivitas Rp19,5 juta per pekerja tiap tahun, lebih tinggi dari produktivitas nasional yang Rp18 juta per pekerja per tahun. (Roberto J. Setyabudi/260508)
 
Sumber: Dari segala sumber